apa semua wanita seperti aku???
hari aku menangkap satu hal yang sedikit mengganjal dalam batin. aku tak mau terburu - buru menyimpulkan perasaan "aneh" itu. mencoba menterjemahkan sagala aspek dan sisi dari timbulnya perasaan aneh itu.
aku memang bukan orang yang mampu merenyahkan suasana. bukan pula pemanis dalam suatu keadaan.
aku yaaa aku. dengan segala ke"egois"anku yang besar. aku tak ingin menyalahkan siapapun disini.
bukan pula dia.
aku ingin marah. aku ingin menangis, aku kecewa, aku sedih.
semua ini terjadi memang sudah selayaknya terjadi atau memang tak layak terjadi????
aku ingin menangis sekencang - kencangnya....
aku ingin berteriak sekeras - kerasnya...
aku ingin pergi dan berlari ....
aku ingin sendiri menepi....
aku hanya ingin dipahami...
aku mencoba merentetkan emosi ini dalam kalimat. berharap esok aku temui penyebabnya.
buat semua ini layak dipertahankan.
the uniquely of tea
meski hidup tak mudah, aku akan menghargai semua hari betapapun tidak sempurnanya
Minggu, 10 Juni 2012
Selasa, 01 Mei 2012
analisis peranan guru BK dalam mengoptimalkan kecerdasan majemuk siswa
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
“Pendidikan merupakan usaha agar manusia
dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh
masyarakat”.[1]
Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu
proses pengembangan potensi individu. Melalui pendidikan, potensi yang dimiliki
oleh individu akan diubah menjadi kompetensi. Kompetensi mencerminkan kemampuan
dan kecakapan individu dalam melakukan suatu tugas atau pekerjaan. Tugas
pendidik atau guru dalam hal ini adalah memfasilitasi anak didik sebagai
individu untuk dapat mengembangkan potensi yang dimiliki menjadi kompetensi
sesuai dengan cita-citanya. Oleh karenanya program pendidikan dan pembelajaran
seperti yang berlangsung saat ini harus lebih diarahkan atau lebih berorientasi
kepada invidu peserta didik.
Kenyataan menunjukkan bahwa program pendidikan yang berlangsung saat ini
lebih banyak dilaksanakan dengan cara membuat generalisasi terhadap potensi dan
kemampuan siswa. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman pendidik tentang
karakteristik individu. Salah satu karakteristik penting dari individu yang
perlu dipahami oleh guru sebagai pendidik adalah bakat dan
kecerdasan individu. Guru yang tidak memahami kecerdasan anak didik akan
memiliki kesulitan dalam memfasilitasi proses pengembangan potensi individu
menjadi yang dicita-citakan.
Disinilah
peran penting guru sebagai pendidik sangat berpengaruh bagi pengembangan
potensi – potensi kecerdasan majemuk yang dimiliki siswa melalui sekolah dan
sistemnya. Sekolah memegang peranan penting dalam membentuk dan menciptakan
kualitas generasi penerus bangsa yang handal, yang kelak mampu menjadi generasi
penerus bangsa yang bermutu dan mampu mengisi pembangunan Indonesia. Sesuai
dengan tujuan pendidikan nasional
bangsa Indonesia yang tertera dalam Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II
pasal 3, yang menyatakan bahwa :
Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif,
mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 2
Disamping itu minimnya pemahaman
masyarakat lebih khususnya orang tua dan guru dalam memaknai kecerdasan
majemuk. Anggapan kuno yang beredar bahwa kecerdasan siswa dilihat dari nilai –
nilai atau angka- angka hasil belajar siswa dan test IQ atau
intelligence quotiont. Padahal
sejatinya semua siswa terlahir kedunia memiliki kecerdasan yang berbeda – beda
di bidangnya masing – masing, tidak hanya dilihat dari segi kognitif siswa saja
namun dari segi psikomotorik dan segi afaektif. Tergantung bagaimana lingkungan
dan dirinya mengenali dan mengoptimalkan kecerdasan yang dimiliki.
Paradigma negatif itulah yang menyebabkan
siswa yang memiliki nilai hasil belajar yang rendah menganggap dirinya tidak
cerdas atau bahkan orang tua dan lingkungan masyarakat melabelkan negatif.
Tinggi rendahnya nilai hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kemampuan siswa
dalam memahami pelajaran. Daya serap pemahaman siswa salah satu faktor
pengaruhnya yaitu gaya belajar siswa dan metode pengajaran yang dilakukan guru.
Untuk itu sekolah sebagai sarana
pendidikan formal hendaknya mampu menyalurkan kecerdasan – kecerdasan majemuk
yang dimiliki siswa, baik yang sudah muncul maupun yang masih terpendam.
Disinilah peran guru bimbingan dan konseling serta para guru lain dalam
mengoptimalkan potensi kecardasan yang dimiliki siswa.
Selain sekolah sebagai sarana pendidikan
formal, keluarga sebagai lingkungan pendidikan pertama siswa juga tidak kalah
penting dalam membantu mengoptimalkan potensi kecerdasan siswa. Para orang tua
hendaknya selalu memberikan dorongan dan dukungan moril serta non moril kepada
siswa di rumah. Serta selalu diberikan perhatian dan kasih sayang pada siswa
karena setiap siswa mampu tumbuh dan berkembang istimewa bagaimana keluarga
mengistimewakannya.
Berdasarkan uraian diatas layanan
bimbingan dan konseling di sekolah perlu diprogramkan secara khusus sehingga
masalah – masalah yang dialami siswa khususnya masalah dalam mengoptimalkan
potensi kecerdasan majemuk siswa dapat ditangani secara sistematik dan
berkesinambungan sehingga siswa mampu mengenali dan mengoptimalkan potensi diri
untuk karir di masa depan.
Dengan demikian maka penulis bermaksud mengadakan penelitian
dengan judul : Analisis Peranan Guru Bimbingan dan Konseling Dalam
Mengoptimalkan Kecerdasan majemuk Siswa
di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
X Cibubur.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
diatas maka masalah dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1.
Minimnya pemahaman dan kesadaran
para orang tua dan guru akan untuk mengoptimalkan potensi kecerdasan majemuk siswa.
2.
Kompetensi
dan tauladan para guru bimbingan dan konseling mampu meningkatkan kesadaran
siswa untuk memahami potensi diri.
3.
Faktor
internal dan eksternal siswa merupakan faktor penyebab optimalnya potensi
kecerdasan yang dimiliki siswa.
4.
Sistem
generalisasi dalam sekolah tidak
cukup mampu mengembangkan kecerdasan majemuk siswa yang
berbeda – beda satu sama lain.
5.
Pemahaman
mengenai potensi kecerdasan siswa membantu penyaluran karir siswa di masa
depan.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan
identifikasi masalah yang telah dikemukakan diatas untuk itu penulis membatasi
masalah dalam penelitian ini pada : Analisis Peranan Guru Bimbingan dan
Konseling Dalam Mengoptimalkan Kecerdasan majemuk Siswa di Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) X
Cibubur.
D.
Perumusan
Masalah
Dari
penjelasan yang diuraikan pada pembatasan masalah diatas maka, masalah dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Bagaimana Peranan Guru
Bimbingan dan Konseling Dalam Mengoptimalkan Kecerdasan majemuk Siswa di
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
X Cibubur?
E.
Tujuan
Penelitian
Adapun
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengenai Peranan Guru Bimbingan dan
Konseling Dalam Mengoptimalkan Kecerdasan majemuk Siswa di Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) X
Cibubur.
F.
Kegunaan
Penelitian
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi :
a.
Guru
Bimbingan dan Konseling
Menambah khazanah ilmiah dalam mengoptimalkan potensi –
potensi kecerdasan majemuk siswa yang belum muncul dan belum diketahui, agar
siswa pun mampu memahami potensi dirinya sendiri.
b.
Kepala
Sekolah
untuk lebih memfasilitasi dan mendukung upaya guru
Bimbingan dan konseling dalam mengoptimalkan kecerdasan majemuk siswa. Juga
menjadi pemacu dalam menghargai dan mengembangkan kecerdasan majemuk siswa
untuk menjadikan setiap siswa istimewa dengan kecerdasan yang ia miliki.
c.
Penulis
Penelitian yang penulis lakukan merupakan salah satu
syarat dalam menyelesaikan tugas akhir guna mendapatkan Gelar Sarjana
Pendidikan dari Universitas Indraprasta PGRI Jakarta. Selain itu baik proses
maupun hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dalam pelaksanaan bimbingan dan
konseling di masa yang akan datang, serta mampu menjadikan
penulis pribadi yang lebih berkompeten untuk menjadi seorang pendidik baik secara keilmuan dan
pengalaman.
melalui proses konseling
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Pengertian
Guru Bimbingan dan Konseling
Guru bimbingan dan konseling atau
guru pembimbing merupakan salah satu guru yang memiliki peran penting dalam
sebuah sekolah. Guru yang merupakan luluan sarjana bimbingan dan konseling baik
strata satu maupun strata dua, yang juga memiliki kemampuan peadagogik dan
mampu memahami karakter siswa. Guru
pembimbing berkemampuan membantu dan membimbing para siswa untuk memhami diri
siswa, baik potensi dan kelemahan siswa yang berguna untuk perencanaan karir
siswa di masa depan. Selain itu guru pembimbing membantu siswa mengatasi
kesulitan – kesulitan yang dihadapi para siswa yang menghambat proses belajar
siswa.
Menurut
Thantawy R dalam kamus bimbingan dan konseling menyatakan bahwa:
Guru
bimbingan dan konseling adalah tenaga yang telah terdidik secara formal dalam bidang
konseling pada tingkat universitas dan mempunyai kemampuan untuk membantu konseli
atau klien dalam memecahkan masalahnya melalui proses konseling.[2]
Menurut Ws. Winkel menjelaskan lebih
spesifik yaitu:
Konselor
sekolah (school counseler) adalah seorang tenaga profesional yang memperoleh
pendidikan khusus di perguruan tinggi yang mencurahkan seluruh waktunya pada
pelayanan menjadi professional atau jabatan seumur hidup. Tenaga ini memberikan
layanan bimbingan kepada para siswa dan menjadi konsultan staf sekolah dan
orang tua.[3]
Dari pendapat para ahli diatas,
penulis mencoba menyimpulkan bahwa guru bimbingan konseling merupakan tenaga
ahli yang menempuh jalur pendidikan khusus sebagai konselor sekolah yang
bertugas menjadi staf sekolah dalam membantu memecahkan masalah – masalah yang
dialami siswa.
B. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Bimbingan dan Konseling
Guru
bimbingan dan konseling memiliki tugas dan tanggung jawab yang tidak mudah.
Sebagai guru pembimbing harus mampu membantu para siswa yang notabene adalah
individu – individu unik yang memiliki karakter, tingkah laku dan sikap yang
berbeda – beda satu sama lain.
Abu
ahmadi dan Ahmad rohani menjabarkan
tugas dan tanggung jawab guru bimbingan dan konseling sebagai berikut :
1.
Bertanggung jawab atas keseluruhan pelaksanaan
layanan konseling di sekolah
2.
Mengumpulkan, menyusun, mengolah serta menafsirkan
data yang kemudian dapat dipergunakan untuk semua staff bimbingan di sekolah.
3.
Memilih dan mempergunakan berbagai instrument tes
psikologis untuk memperoleh berbagai informasi mengenai bakat khusus, minat,
kepribadian, dan intelegensi masing – masing siswa.
4.
Melaksanakan bimbingan kelompok maupun bimbingan
individual (wawancara konseling).
5.
Membantu petugas layanan bimbingan lainnya untuk
mengumpulkan, menyusun, mengolah, dan mempergunakan informasi tentang berbagai
masalah pendidikan, pekerjaan, permasalahan karir yang dibutuhkan oleh guru
bidang studi dalam proses belajar mengajar.
6.
Melayani orang tua atau wali dari siswa yang ingin
mengadakan konsultasi mengenai anak - anaknya.3
Ketentuan
guru pembimbing dalam melaksanakan tugas layanan bimbingan yaitu 1 (satu) orang
guru pembimbing memberikan pelayanan kepada 150 (seratus lima puluh ) siswa
tiap bulannya. Karena kekhususan tugas dan tanggung jawabnya maka guru
pembimbing merupakan profesi yang tidak sama dengan guru mata pelajaran. Untuk
itu guru pembimbing ditetapkan 36 (tiga puluh enam ) jam tiap minggunya.
Dengan demikian jelaslah bahwa tugas
dan tanggung jawab sebagai guru bimbingan dan konseling tidak cukup ringan,
bukan hanya mengenai perkembangan hasil belajar siswa namun peran guru bimbingan dan konseling memiliki
pengaruh bagi perkembangan diri dan potensi siswa – siswanya.
C. Pengertian Bimbingan dan Konseling
1.
Pengertian Bimbingan
Seiring berkembangnya ilmu, dan
teknologi, dewasa ini masyarakat pada umumnya berkembang sangat pesat. Sejalan
pula dengan kompleksnya masalah –
masalah yang dialami siswa di sekolah. Untuk itu diperlukan program terencana
secara sistematik dan berkesinambungan yang mampu membantu permasalahan yang
dialami siswa.
Program yang di maksud disini
merupakan program yang dilaksanakan guru pembimbing dalam menjalankan layanan
bimbingan dan konseling di sekolah yaitu program bimbingan.Program bimbingan
diarahkan untuk membantu para siswa memperlancar proses perkembangannya,
mencegah dan mengatasi masalah yang siswa hadapi. Dengan demikian sasaran
bimbingan merupakan seluruh siswa disekolah.
Menurut
Rohman Natawijaya (1978) mengenai pengertian bimbingan yaitu :
Bimbingan
adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara
berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sehinga ia
sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan
keadaan keluarga serta masyarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap
kebahagiaan hidupnya serta dapat memberikan sumbangan yang berarti.4
Sedangkan
hal senada diungkapkan Moegiadi (1970) dalam berpendapat, yakni:
Bimbingan
dapat berarti sejenis layanan kepada indvidu – individu agar mereka dapat menentukan pilihan menetapkan
tujuan dengan tepat, menyusun rencana yang realistis, sehingga mereka dapat
menyesuaikan diri dan memuaskan di dalam lingkungan dimana mereka hidup.5
Lain
halnya dengan Hamrin and Erickson dalam Laksmi (2003 :1) yang mengungkapkan
pengertian bimbingan yang lebih spesifik di bidang pendidikan bahwa :
Bimbingan
sebagai salah satu aspek dari program pendidikan diarahkan terutama pada
membantu para peserta didik agar dapat
menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapinya saat ini dan dapat
merencanakan masa depannya sasuai dengan minat, kemampuan dan kebutuhan
sosialnya6
Merujuk
dari pendapat para ahli diatas, disini penulis mencoba menyimpulkan mengenai
bimbingan. Bimbingan merupakan upaya terencana secara sistematik dan
berkesinambungan dalam membekali siswa mengenai informasi – informasi mengenai
dirinya sendiri guna mencegah dan membantu siswa mengembangkan diri, agar siswa
mampu memahami dan menyesuaikan diri dengan lingkungan serta situasi yang
dihadapinya.
2.
Pengertian konseling
Konseling merupakan bagian dari
bimbingan baik sebagai pelayanan maupun sebagai teknik. Konseling merupakan
kegiatan inti kegiatan bimbingan secara keseluruhan dan lebih berkenaan dengan
masalah individu secara pribadi.
Untuk lebih memahami mengenai
pengertian konseling, dilihat dari pendapat
Bimo walgito (1982:11) yang menyatakan bahwa :
konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individu
dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara, dengan cara – cara yang
sesuai dengan keadaan individu yang dihadapi untuk mencapai kesejahteraan
hidupnya.7
Hal serupa pun diungkapkan oleh Andi
mapiare yang lebih rinci (1984) :
Konseling
merupakan serangkaian kegiatan paling pokok bimbingan dalam bimbingan dalam
usaha membantu konseli atau klien secara tatap muka, dengan tujuan agar klien
dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah
khusus.8
Pengertian
konseling yang lebih sesuai untuk
konseling di sekolah seperti
pendapat Wrenn (1951) yaitu :
Konseling
merupakan hubungan yang dinamis dan terarah antara dua orang, prosedurnya
bervariasi sesuai dengan esensi dari kebutuhan siswa, tetapi didalamnya selalu
ada hubungan timbal balik antara konselor dengan peserta didik yang dipusatkan
pada klarifikasi dan penentuan sendiri oleh siswa.9
Berdasarkan kutipan – kutipan
diatas, penulis mencoba menyimpulkan pengertian konseling yaitu suatu proses
tatap muka antara guru pembimbing dengan siswa dalam upaya membantunya
menyelesaikan kesulitan – kesulitan yang dihadapi siswa.
Setelah memahami pengertian
bimbingan dan pengertian konseling. Akan lebih lengkap lagi disini penulis
mencoba merumuskan pengetian dari bimbingan dan konseling. Bimbingan dan
konseling merupakan proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh guru
pembimbing ( konselor) kepada individu melalui pertemuan tatap muka dan adanya
timbal balik supaya individu lebih mampu lagi untuk dapat memahami masalah yang
dialami dan memecahkannya.
D. Tujuan Bimbingan dan Konseling
Layanan bimbingan dan konseling
makin hari makin dirasakan perlu bagi siswa maupun guru – guru. Karena
permasalahan yang semakin kompleks dialami para siswa kini, layanan bimbingan dan konseling sangat
diperlukan agar para siswa mampu mengenali diri, potensinya sendiri dan mampu
mengatasi masalah – masalah yang mungkin mampu menggangu proses dan hasil
belajar siswa. Dalam kurikulum SMA tahun 1975 Buku III C dinyatakan bahwa
tujuan bimbingan di sekolah adalah membantu siswa :
1.
Mengatasi kesulitan dalam belajarnya, sehingga
memperoleh prestasi belajar yang tinggi.
2.
Mengatasi terjadinya kebiasaan – kebiasaan yang
tidak baik yang dilakukannya pada saat proses belajar mengajar berlangsung dan
dalam hubungan sosial.
3.
Mengatasi kesulitan – kesulitan yang berhubungan
dengan kesehatan jasmani.
4.
Mengatasi kesulitan – kesulitan yang berkaitan
dengan kelanjutan studi.
5.
Mengatasi kesulitan – kesulitan yang berhubungan
dengan perencanaan dan pemilihan jenis pekerjaan setelah mereka tamat.
6.
Mengatasi masalah
- masalah yang berhubungan dengan sosial – emosinal di sekolah yang
bersumber dari sikap murid yang
bersangkutan terhadap dirinya sendiri, terhadap lingkungan sekolah, keluarga,
dan lingkungan lebih luas.10
Senada dengan Ws Winkel yang
mengemukakan pendapatnya mengenai tujuan bantuan bimbingan yaitu:
supaya
orang perorangan atau sekelompok orang yang dilayani menjadi mampu menhgadapi
semua tugas pengembangan hidupnya secara sadardan bebas, mewujudkan kesadaran
dan kebebasan itu dalam pilihan – pilihan secara bijaksana serta mengambil
beraenak tindakan penyesuain diri secara memadai.11
Secara umum dapat dipaparkan
mengenai tujuan layanan bimbingan adalah membantu mengatasi berbagai macam
kesulitan yang dihadapi siswa sehingga terjadi proses belajar mengajar yang
efektif dan efesien serta siswa mampu memahami dn mengembangkan potensinya
secara optimal.
E. Fungsi Layanan
Bimbingan dan Konseling
Ditinjau dari segi sifatnya, layanan
bimbingan dan konseling mempunyai beberapa fungsi layanan yaitu :
1.
Fungsi pemahaman
Fungsi
layanan pemahaman ini memberikan gambaran yang tepat mengenai karakteristik dan
kebutuhan siswa mengenai harapan dan kondisi lingkungan dimana siswa itu
berada. Siswa diharapkan mampu mengembangkan
potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan
secara dinamis dan konstruktif.
2.
Fungsi pencegahan
Fungsi
pencegahan merupakan usaha pertama menghindari timbulnya masalah yang secara
potensial dapat menghambat atau mengganggu perkembangan siswa. Yaitu
dengan memberikan bimbingan kepada siswa
tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan
dirinya.
3.
Fungsi penyaluran
Fungsi
penyaluran merupakan upaya yang dilakukan oleh guru pembimbing atau tenaga
bimbingan lainnya dalam membantu
siswa memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan
memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat,
keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya.
4.
Fungsi penyesuaian
Upaya
membantu terciptanya keharmonisan antara individu dan lingkungan tempat
kehidupannya baik lingkungan pendidikan, keluarga, karir dan masyarakat pada
umumnya secara selaras.
5.
Fungsi perbaikan
Fungsi
perbaikan ini berkaitan erat
dengan upaya pemberian bantuan kepada siswa yang telah mengalami masalah, baik dari aspek pribadi,
sosial, belajar dan karir..
6.
Fungsi pengembangan
Fungsi
pengembangan bersifat lebih proaktif
dari fungsi-fungsi lainnya. Guru pembimbing membantu
mengembangkan keseluruhan pribadi siswa secara terarah. Yaitu senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan
belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan siswa. Untuk itu perlu
adanya kerja sama guru
pembimbing dengan personel sekolah dalam merencanakan dan melaksanakan program
bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan sebagai upaya membantu siswa
mencapai tugas-tugas perkembangannya.
7.
Fungsi pemeliharaan
Memelihara
segala sesuatu yang baik pada diri siswa dan mengembangkannya agar lebih baik.
Fungsi pemeliharaan ini berguna untuk membantu peserta didik memelihara dan
menumbuh-kembangkan berbagai potensi dan kondisi positif yang dimilikinya.
Dari
penjelasan mengenai fungsi – fungsi bimbingan dan konseling bagi kebutuhan para
siswa yang paling penting dari fungsi – fungsi tersebut adalah untuk dapat
membantu mengoptimalkan perkembangan para siswa ke arah pencapaian tujuan dan
cita – cita yang diinginkan.
F.
Jenis
layanan Bimbingan dan Konseling
Layanan bimbingan dan konseling
merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan guru pembimbing dalam memahami
siswa, Berikut ini merupakan jenis – jenis layanan bimbingan dan konseling yang
dilaksanakan dalam sekolah yaitu :
1.
Layanan Orientasi
Layanan orientasi
diharapkan dapat membantu siswa dan orang tua dalam memahami lingkungan (seperti sekolah) yang
baru dimasuki siswa, untuk untuk mendapat kemudahanmenyesuaikan
diri dan memperlancar berperannya siswa di lingkungan
yang baru itu.
2.
Layanan Informasi
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang diharapkan dapat membekali siswa dengan berbagai pemahaman mengenai hal –
hal yang berguna bagi siswa untuk kehidupan sehari – hari baik sebagai pelajar,
maupun sebagai anggota keluarga atau bahkan masyarakat. Yang diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan
untuk kepentingan siswa.
3.
Layanan Penempatan dan penyaluran
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan siswa memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat dalam berbagai hal sesuai dengan potensi, bakat, minat serta kondisi pribadinya. Karena ketidak
kemampuan siswa dalam menentukan pilihan, sehingga siswa memerlukan
bantuan untuk menyalurkan dan
mengembangkan diri.
4.
Layanan pembelajaran
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan siswa mengembangkan sikap dan kebiasaan
belajar yang baik dalam menguasai meteri pelajaran yang cocok dengan kecepatan
dan kemampuan dirinya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar
lainnya.
5.
Layanan Konseling Individual
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan siswa mendapatkan layanan langsung secara tatap muka (secara perorangan) dengan guru pembimbing dalam rangka
pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi yang dialaminya.
6.
Layanan Bimbingan Kelompok
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan siswa secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan
dari nara sumber tertentu (teruama dari guru pembimbing) dan/atau membahas
secara bersama-sama pokok bahasan
(topik) tertentu yang berguna untuk menunjang untuk pemahaman dan kehidupannya
mereka sehari-hari dan atau untuk
pengembangan kemampuan sosial, baik sebagai individu maupun sebagai pelajar,
serta untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan atau tindakan tertentu.
7.
Layanan Konseling Kelompok
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memberikan siswa kesempatan memperoleh kesempatan untuk pembahasan
dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok, masalah
yang dibahas itu adalah masalah-masalah
pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok.
Dari
penjelasan mengenai layanan bimbingan dan konseling di sekolah, maka dapat
diharapkan memenuhi fungsi dan tujuan bimbingan dan konseling yaitu membantu
siswa menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi serta membantu dalam
proses perkembangan siswa seoptimal mungkin.
G. Teori kecerdasan
majemuk
Teori kecerdasan majemuk atau multiple
intelligence adalah sebuah teori kecerdasan yang digagas oleh seorang psikolog
dari project zero Harvard University Dr.Howard Gardener pada tahun 1983 dengan 6 (enam) kecerdasan dan mengalami
perkembangan pada tahun 2002 menjadi 8 (delapan) kecerdasan. Teori ini
melakukan redefinisi kecerdasan. Karena anggapan sempit mengenai kecerdasan
yang hanya dilihat dari serangkaian tes psikologis.
Gardener mendefinisikan bahwa “kecerdasan
merupakan kemampuan memecahkan suatu masalah dan kemampuan menciptakan produk –
produk baru yang memiliki nilai budaya”, 12
“intelligence is the
ability to find and solve problems and create product of value in one’s own
culture”.
Setiap
manusia mempunyai potensi beragam kecerdasan majemuk bukan hanya 1 (satu) potensi, namun hanya beberapa
kecerdasan diantaranya yang biasanya menjadi unggul dan lebih dominan. Dalam
diri manusia setidaknya ada 8 (delapan ) potensi kecerdasan utama yaitu :
1.
Kecerdasan Linguistik
kemampuan untuk mengolah dan menggunakan bahasa untuk
mendeskripsikan kejadian, membangun kepercayaan dan kedekatan, mengembangkan
argumen logika dan retorika, atau mengungkapkan ekspresi. Baik dalam bentuk
tulisan maupun bentuk lisan.
2.
Kecerdasan Logika
kemampuan menggunakan angka-angka untuk menghitung dan
mendeskripsikan sesuatu, menggunakan konsep matematis, menganalisa berbagai
permasalahan secara logis, menerapkan matematika pada kehidupan sehari-hari,
peka terhadap pola tertentu, serta menelaah berbagai permasalahan secara
ilmiah. Dapat pula ditunjukkan dengan ketertarikan siswa mengenai perkembangan
teknologi dan sains.
3.
Kecerdasan Kinestetik
kemampuan yang dimiliki untuk mengontrol gerakannya,
keseimbangannya, ketangkasan dan keanggunan dalam bergerak. Mengekpresikan ide
dan perasaan menggunakan gerakan seluruh atau sebagian dari tubuh, dan
menggunakannya untuk menciptakan bentuk ekspresi baru.
4.
Kecerdasan Spasial
kemampuan untuk mengenali pola ruang secara akurat,
menginterpretasikan ide grafis dan spasial serta menterjemahkan pola ruang
secara tepat
5.
Kecerdasan Musik
kemampuan mengenali pola nada untuk mengerti dan
mengembangkan teknik musikal, merespon terhadap musik, menggunakan musik
sebagai sarana untuk berkomunikasi, menginterpretasikan bentuk dan ide musikal,
dan menciptakan pertunjukan dan komposisi yang ekspresif.
6.
Kecerdasan Intrapersonal
kemampuan untuk mengenali dan mengembangkan potensi yang
dimiliki serta mengekspresikannya. Menyusun dan mengembangkan konsep dan teori
berdasarkan pemeriksaan kedalam diri sendiri, memahami perasaan, intuisi,
temperamen, dan menggunakannya untuk mengekpresikan pandangan pribadi.
7.
Kecerdasan Interpersonal
kemampuan untuk mengorganisasikan orang lain dan
mengkomunikasikan secara jelas apa yang perlu dilakukan, berempati kepada orang
lain, membedakan dan menginterpretasikan berbagai jenis komunikasi dengan orang
lain, dan memahami intensi, hasrat, dan motivasi orang lain.
8.
Kecerdasan Naturalis
kemampuan untuk mengenali dan memahami sifat – sifat alam,
serta menyukai menyelaraskan diri dengan alam. Antusias dalam menjaga dan
melestarikan alam.
Pada
dasarnya semua orang memiliki semua macam kecerdasan di atas, namun tentu saja
tidak semuanya berkembang atau dikembangkan pada tingkatan yang sama, sehingga
tidak dapat digunakan secara efektif. Pada umumnya satu kecerdasan lebih
menonjol/ kuat dari pada yang lain. Tetapi tidak berarti bahwa hal itu
permanen/ tetap. Di dalam diri manusia tersedia kemampuan untuk mengaktifkan
semua kecerdasan tersebut. Kecerdasan yang paling menonjol akan mengontrol
kecerdasan-kecerdasan lainnya dalam memecahkan masalah.
Teori
Garnerd ini memang masih memerlukan penelitian lebih lanjut khususnya tentang
strategi pengukuran untuk masing-masing jenis kecerdasan, serta apakah
macam-macam kecerdasan yang ada adalah sejumlah yang telah diuraiakan di atas
atau masih bisa bertambah lagi.
H. Faktor Pendukung Optimalnya Kecerdasan Majemuk Siswa
Kecerdasan itu diibaratkan
sekumpulan program kemampuan yang ada di beragam bagian otak manusia. Bersifat
tidak statis bukan hanya bawaan lahir namun kecerdasan dapat berkembang
sepanjang hidup bila terus dilatih dan lingkungan yang kondusif.
Hal terpenting yaitu menyadari dan
mengembangkan semua bentuk kecerdasan manusia dan kombinasi – kombinasinya.
Setiap individu berbeda karena masing – masing individu memiliki kombinasi
kecerdasan yang berlainan. Bila menyadari hal ini setidaknya individu lebih
memiliki peluang menangani berbagai masalah di kehidupan dengan lebih baik.
Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kecerdasan majemuk, sehingga terdapat perbedaan intelejensi
seseorang dengan yang lain ialah:
1.
Pembawaan;
Pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang dibawa sejak lahir.
2.
Kematangan;
Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Tiap
organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai
kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing
3.
Pembentukan;
Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi
perkembangan intelejensi. Dapat kita bedakan pembentukan sengaja (seperti yang
dilakukan di sekolah-sekolah)dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam
sekitar).
4.
Minat dan
pembawaan yang khas; Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan
merupakan dorongan bagi perbuatan itu.
5.
Kebebasan;
Kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang
tertentu dalam memecahakan masalah-masalah.13
Semua
faktor tersebut di atas bersangkut paut satu sama lain. Untuk menentukan
intelejen atau tidaknya seorang anak, kita tidak dapat hanya berpedoman kepada
salah satu factor tersebut di atas. Intelejensi adalah faktor total.
Keseluruhan pribadi turut serta menentukan dalam perbuatan intelejensi
seseorang.
Untuk mengembangkan kecerdasan
majemuk seorang anak diperlukan 3 (tiga) kebutuhan pokok, yaitu : “(1).Kebutuhan fisik, (2). Kebutuhan emosi,
(3). Dan kebutuhan stimulasi14
Dalam pengembangan kecerdasan
majemuk, seperti yang diungkapkan diatas membutuhkan stimulasi atau rangsangan.
Stimulasi atau rangsangan yang diperlukan tentunya berbeda – beda dari satu
kecerdasan dan kecerdasan yang lain. Untuk itu perlu adanya pemahaman mengenai
stimulasi tiap – tiap kecerdasan.
Cara terampuh untuk membantu
memberikan rangsangan kepada siswa yaitu dengan memotivasi dan mendorong siswa
untuk lebih aktif memalkukan hal – hal sesuai dengan kecerdasan majemuk yang
ingin dikembangkan. Biarkan siswa mengarungi bidangnya masing – masing bantu
mereka dengan pujian dan saran yang baik untuk perkembangan potensinya.
I.
Upaya Guru Bimbingan
dan Konseling Untuk Membantu Mengoptimalkan Kecerdasan
Majemuk
Setelah dipaparkan mengenai
pengertian, tugas dan tanggung jawab guru bimbingan dan konseling, jelaslah
bahwa guru bimbingan dan konseling memegang peranan penting disekolah dalam
mengenali dan mengembangkan potensi – potensi siswa, salah satunya kecerdasan
majemuk.
Dalam upaya membantu mengoptimalkan kecerdasan
majemuk siswa di sekolah, guru bimbingan dan konseling haruslah berperan serta
aktif dalam melakukan kegiatan – kegiatan atau layanan maupun bimbingan kepada
para peserta didik di sekolah, untuk itu upaya yang dapat dilakukan guru
bimbingan dan konseling untuk mengoptimalkan kecerdasan majemuk:
1.
Guru bimbingan dan konseling memberikan layanan
informasi mengenai kecerdasan majemuk. Mengenali dan upaya mengoptimalkannya
2.
Guru bimbingan dan konseling memberikan arahan dan
bimbingan dalam membantu siswa memahami dirinya
3.
Melihat kekuatan internal siswa dan eksternal yang
mampu menghambat atau membatasi potensi siswa.
4.
Memberikan layanan bimbingan dan konseling yang
bersifat mengoptimalkan potensi kecerdasan majemuk siswa
5.
Guru bimbingan bekerja sama dengan orang tua murid
untuk ikut serta mengoptimalkan kecerdasan majemuk siswa dilingkungan rumah
dengan dukungan moril dan non moril.
6.
Adanya kerjasama dengan wali kelas dan para guru
bidang studi dalam menciptakan strategi dan gaya belajar yang menarik dan
membantu mengoptimalkan potensi siswa.
7.
Mengadakan layanan konseling individu atau kelompok
untuk memberikan dorongan dalam mengembangkan potensi diri siswa. Agar cita –
cita siswa tercapai sesuai kemampuan.
8.
Memberikan layanan penempatan dan penyaluran sesuai
potensi – potensi yang dimiliki siswa.
9.
Memberikan layanan konsultasi kepada para siswa yang
mengalami hambatan dalam mengoptimalkan kecerdasan majemuk siswa.
10. Perkembangan kecerdasan juga dapat dilakukan dengan teknik
“konseling sebaya”/ “tutor sebaya”. Caranya, guru menyeleksi siapakah yang
memiliki keunggulan di bidang matematika misalnya, diminta membimbing
teman-temannya yang kurang dalam matematika. Demikian juga untuk bidang-bidang
kecerdasan yang lain. Pembimbing di dalam kelompok dapat bergantian tergantung
pada kecerdasan apa yang akan dikembangkan.15
Kegiatan
pembelajaran memiliki kaitan bagi optimalnya kecerdasan majemuk siswa, untuk
itu ada beberapa strategi dasar dalam kegiatan pembelajaran untuk mengembangkan
kecerdasan ganda, yaitu:
- Membangunkan /memicu kecerdasan , yaitu upaya untuk mengaktifkan indera dan menghidupkan kerja otak.
- Memperkuat kecerdasan, yaitu dengan cara memberi latihan dan memperkuat kemampuan membangunkan kecerdasan.
- Mengajarkan dengan /untuk kecerdasan ,yaitu upaya-upaya mengembangkan struktur pelajaran yang mengacu pada penggunaan kecerdasan ganda.
- Mentransfer kecerdasan, yaitu usaha memanfaatkan berbagai cara yang telah dilatihkan di kelas untuk memahami realitas di luar kelas atau pada lingkungan nyata.16
Seperti
yang telah dikemukakan diatas bahwa kecerdasan majemuk adalah suatu kemampuan
ganda untuk memecahkan suatu masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan. Upaya
guru bimbingan dan konseling mengenali dan mengoptimalkan kecerdasan majemuknya
para siswa sesuai dengan fungsi – fungsi dan tujuan bimbingan dan konseling
yang senada bahwa membantu siswa memahani potensi diri dan memecahkan masalah –
masalah yang dihadapi. Sehingga para siswa makin tangguh dalam menghadapi dan
memiliki masa depan yang baik.
Adapun upaya
yang dilakukan guru bimbingan dan konseling tidak luput dari kerja sama orang
tua siswa, wali kelas dan guru bidang studi. Agar teori tentang kecerdasan majemuk itu dapat
digunakan dalam proses pembelajaran, tanpa membedakan antara kecerdasan siswa
yang satu dengan yang lain. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara
maksimal dan optimal.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan waktu penelitian
1.
Tempat
penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) X yang beralamatkan di Jalan Alternatif Cibubur
No. 89, Bekasi.
2.
Waktu
penelitian
Dalam proses
pelaksanaan penelitian ini penulis menghabiskan waktu pada bulan April 2012 –
Juni 2012 , selama 3 bulan.
B. Metode penelitian
Dalam
penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif. Penelitian ini merupakan pengumpuln data dan informasi
untuk menggambarkan sifat suatu keadaan dan memeriksa sebab – sebab dari dari suatu
gejala yang terjadi tanpa rekayasa saat penelitian berlangsung.
Gay (1976) mendefinisikan metode
penelitian deskriptif sebagai “kegiatan
yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis atau menjawab
pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari pokok
suatu penelitian”.[4]
Melalui
pendekatan deskriptif inilah diperoleh data dan informasi sebanyak – banyaknya
mengenai peranan guru bimbingan dan konseling dalam mengoptimalkan kecerdasan
majemuk siswa di sekolah menengah kejuruan (SMK) X Cibubur, beserta faktor – faktor yang turut
mempengaruhi masalah kecerdasan majemuk yang diteliti.
C.
Data dan Sumber Data Penelitian
Dalam
penelitian ini yang menjadi data dan sumber data adalah kepala Sekolah, guru
bimbingan dan konseling dan siswa kelas XI di Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) X yang jumlahnya 40 siswa.
D.
Teknik
pengumpulan data Penelitian
Dalam
mendukung penelitian ini untuk memperoleh data yang diperlukan maka penulis menggunakan beberapa teknik
pengumpulan data yaitu angket, wawancara dan observasi.
1.
Angket
Angket atau
kuesioner yaitu alat pengumpul data yang memuat sejumlah item atau pertanyaan
yang harus dijawab oleh siswa secara tertulis. Pada penelitian ini terdiri dari
25 butir pertanyaan. Angket dalam penelitian ini merupakan angket tertutup
dengan tiga alternatif jawaban yang disediakan yaitu: ya, kadang – kadang dan
tidak pernah.
Menurut Suharsimi Arikunto : “Angket adalah sejumlah
pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang pribadinya, atau hal – hal yang ia ketahui”.[5]2
2.
Wawancara
Wawancara atau interviu yaitu alat pengumpul data untuk memperoleh data dan
informasi dari orang – orang tertentu secara lisan. Dan dalam penelitian ini
penulis mengajukan sejumlah pertanyaan lisan yang ditujukan kepada kepala
Sekolah, Guru pembimbing, dan Guru bidang studi mengenai pelaksanaan Bimbingan
dan konseling di sekolah . data yang diperoleh digunakan untuk melengkapi dan
memperjelas data yang diperoleh melalui angket yang diisi oleh siswa.
Irawari Singarimbun memaparkan bahwa “wawancara merupakan
salah satu metode pengumpulan data untuk memperoleh informasi dengan cara
bertanya langsung dan tatap muka pada responden dengan menggunakan daftar pertanyaan”.[6]3
3.
Observasi
Observasi
yaitu mengamati langsung di sekolah tentang bagaimana pelaksanaan Bimbingan dan
Konseling di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan bagaimana keadaan lingkungan
sekolah berikut sarana dan prasarananya. Data yang diperoleh untuk melengkapi
dan memperjelas data yang diperoleh melalui angket dan melalui wawancara.
Observasi
menurut pandangan Nana Syaodih Sukmadinata yaitu :
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik
penghimpun data tentang kegiatan, perilaku atau perbuatan, yang diperoleh
langsung dari kegiatan yang sedang dilakukan peserta didik. Data yang
dikumpulkan berupa fakta – fakta tentang perilaku dan aktivitas yang dapat
diamati atau yang tampak dari luar, aktivitas yang tidak tampak tidak dapat
diperoleh melalui observasi. 4
E.
Teknik
analisis data
Data yang
diperoleh melalui angket yang diisi oleh siswa dianalisa dan dikelompokan
sesuai dengan jawaban yang sejenis dengan ya, kadang- kadang, dan tidak pernah
ketabulasi (tabel I) dan kemudian data tersebut dihitung presentasenya kemudian
dituangkan ke dalam tabel II dengan menggunakan rumus:
P = x 100 %
Keterangan :
P = presentase yang dicari
Fj = Frekuensi
jawaban
N = Jumlah siswa
Selanjutnya
hasil perhitungan yang berupa nilai presentase dianalisa kemudian diinterpretasikan
dengan berpedoman rentang gradasi yang ditentukan sebagai berikut :
0 %
- 25 % = sangat kurang
26 %
- 50 % = kurang
51 %
- 75 % = cukup baik
76 %
- 100 % = _baik
Hasil
interpretasi data merupakan tafsiran jawaban atas pertanyaan yang diajukan
dalam angket secara keseluruhan hasil interpretasi data tersebut merupakan
bahan kesimpulan dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abu ahmadi dan Ahmad rohani H.M, 1991. Bimbingan
dan Konseling di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta.
Arikunto
Suharsimi, 2006. Prosedur Penilitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka
Cipta : Jakarta,.
As
fandiyar andi yudha, 2009. kenapa guru harus kreatif. Mizan : Bandung.
Chatib
Munif, 2011.Gurunya Manusia. Kaifa : Bandung.
Hairunnisa Anita, 2006. Let’s
be Smart. Kaifa : Bandung.
Hoerr Thomas R, 2007. Buku
Kerja Multiple Intelligences. Kaifa
: Bandung.
Kosasih
Raflis dan Soetjipto, 1999. Profesi keguruan. Rineka cipta : Jakarta.
Sevilla
Consuelo G, 1993. Pengantar Metode Penelitian. Universitas Indonesia
Press : Jakarta.
Singarimbun, 1989. Metode Penelitian Survei. Pustaka LP3S : Jakarta.
Suherman uman, 2007. Manajemen
Bimbingan dan konseling. Madani Production : Bekasi.
Sukmadinata
Nana Syaodih, 2007. Bimbingan dan Konseling dalam Praktek. Maestro :
Bandung.
Thantawy R, 1997. Kamus Bimbingan dan
Konseling. Pamator Presindo : Jakarta.
Undang – undang Republik Indonesia No.
20 Tahun 2003 2003. Tentang sistem Pendidikan Nasional. Citra Umbara : Bandung.
Winkel WS, 1991. Bimbingan dan konseling di Institusi Pendidikan. Gramedia ;
Jakarta.
Dari sumber internet:
[1] Undang – undang Republik Indonesia No. 20 Tahun
2003 Tentang sistem Pendidikan
Nasional, Citra Umbara, Bandung, 2003, hal
49.
[2] Thantawy R, Kamus
Bimbingan dan Konseling, Pamator Presindo, Jakarta, 1997, hal 62.
4 Nana
Syaodih Sukmadinata, Bimbingan dan
Konseling dalam Praktek, Maestro, Bandung,2007, hal 224
Langganan:
Postingan (Atom)