welcometo my site


kita sudah merasakan cinta jauh sebelum qta mampu mengucapkannya, namun terkadang kita lupa hal itu. yuu share cinta kita pada dunia kawaan,,, semangaat semoga blog saya memberikan banyak cinta untuk mu :)

Jumat, 27 April 2012

motivasi dalam konseling


BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang Masalah
Banyak para ahli yang sudah mengemukakan pengertian motivasi dengan berbagai sudut pandang mereka masing-masing, namun intinya sama, yakni sebagai suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Ada yang mengatakan bahwa, Motivation is an energi change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reavtions. Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dalam proses belajar motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, sulit melakukan aktifitas belajar. Seseorang yang melakukan aktivitas belajar secara terus menerus tanpa motivasi dari luar dirinya merupakan motivasi intrinsik yang sangat penting dalam aktivitas belajar. Namun, seseorang yang tidak mempunyai keinginanan untuk belajar, dorongan dari luar dirinya merupakan motivasi ekstrinsik yang diharapkan. Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik diperlukan bila motivasi intrinsik tidak ada dalam diri seseorang sebagai subjek belajar.
Sebagaimana telah dikemukakan dalan bagian terdahulu, bahwa dalam lingkup kegiatan konseling, konselor memegang perananyang amat penting dan strategis. Kelancaran proses seluruh kegiatan konseling, sepenuhnya berada dalam tanggung jawab konselor dalam keseluruhan kegiatan konseling. Konselor harus mampu menciptakan situasi agar klien termotivasiuntuk memanfaatkan konseling sebagai satu upaya dalam menghadapi masalahnya.
Salah satu aspek dalam konseling adalah motivasi, yaitu memberikan dorongan kepada klien agar mampu melaksanakan perilaku dalam upaya memecahkan masalahnya secara efekif dan produktif. Bagian ini akan mengetengahkan beberapa aspek konsep motivasi dan penerapannya dalam konseling. Isinya akan membahas mengenai pengertian motivasi, beberapa teori tentang motivasi, dan prinsip-prinsip motivasi.
Dari uraian tersebut, ternyata kesadaran tentang pentingnya motivasi bagi perubahan tingkah laku manusia telah dimiliki, baik oleh para pendidik, para orang tua murid maupun masyarakat.

B. Identifikasi Masalah
            Berdasarkan latar belakang di atas, kami dapat mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :
1.    Salah satu faktor penyebab masalah belajar siswa yaitu kurangnya motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik.
2.    Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah di upayakan menjadi salah satu indikator penanggulangan motivasi siswa.
3.    Dalam konseling, motivasi merupakan dorongan untuk melakukan kegiatan belajar dalam memenuhi harapan.
4.    Motivasi dalam konseling berpengaruh besar terhadap perubahan tingkah laku siswa.

C. Pembatasan Masalah
            Berdasarkan identifikasi di atas, maka kami membatasi permasalahan pada “Apa pengaruh motivasi dalam proses konseling”?

D. Perumusan Masalah
            Ditinjau dari pembatasan masalah yang kami kemukakan di atas, maka kami dapat merumuskan masalah sebagai berikut : “Apa pengaruh motivasi dalam proses konseling”.


BAB II
PEMBAHASAN
A. Motivasi
            James O. Whittaker memberikan sebuah definisi tentang motivasi sebagai kondisi-kondisi atau keadaan yang mengaktifkan atau memberi dorongan kepada makhluk untuk bertingkah laku mencapai tujuan.
            Frederick J,. Mc Donald mengatakan bahwa motivasi adalah perubahan energi (tenaga) di dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan afektif (perasaan) dan reaksi mencapai tujuan. Perubahan energi dalam diri seseorang itu berbentuk suatu aktivitas nyata berupa kegiatan fisik.[1]
            Dari definisi di atas dalam motivasi terdapat beberapa hal, yaitu :
1.    Suatu perubahan tenaga dalam diri seseorang
2.    Perubahan tenaga di dalam sistem neoro fisiologis dari organisme manusia
3.    Ditandai oleh dorongan afektif, seperti lebih bersemangat
4.    Ditandai oleh reaksi-rekasi mencapai tujuan, yaitu tindakan nyata
Setelah mengetahui pengertian motivasi menurut James O. Whittaker dan Frederick J. Mc Donald, motivasi dapat diartikan sebagai suatu dorongan untuk mewujudkan perilaku tertentu yang terarah kepada suatu tujuan tertentu.
Motivasi mempunyai karakteristik :
1.    Sebagai hasil dari kebutuhan
2.    Terarah kepada suatu tujuan
3.    Menopang perilaku
Motivasi dapat dijadikan sebagai dasar penafsiran, penjelasan, dan penaksiran perilaku. Motif timbul karena adanya kebutuhan yang mendorong individu untuk melakukan tindakan yang terarah kepada pencapaian suatu tujuan.
Menurut Sri Esti W.D kata motivasi digunakan untuk menggambarkan suatu dorongan, kebutuhan, keinginan untuk melakukan sesuatu yang khusu atau umum.[2]
Motivasi memiliki peranan yang strategis dalam aktivitas belajar seseorang, tidak ada seseorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar.agar peranan motivasi menjadi maksimalmak fungsi motivasi tidak hanya sekedar diketahui tetapi diterapkan dalam aktivitas belajar.
Guru- guru sangat menyadari pentingnya motivasi didalam membimbing belajar siswa, masalah motivasi belajar siswa, merupakan masalah yang sangat kompleks sehingga menjadikan guru sangat peka terhadap kompleksitas masalah ini.
Sumadi Surya Brata dalam bukunya psikologi pendidikan mengatakan : ”motivasi belajar adalah suatu keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas belajar guna pencapaian suatu tujuan”.[3]
Sedangkan Muhibinsyah beranggapan bahwa motivasi adalah internal organisme baik manusia maupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam hal ini mootivasi merupakan pemasok daya imajiner untuk bertingkah laku secara berarah.[4]
Dari pengertian tersebut dapat diartikan bahwa begitu pentingnya motivasi dalam belajar diman pada umumnya siswa yang mengalami kesulitan disebabkan oleh rendahnya motivasi belajar.
Lebih lanjut muhibinsyah membagi motivasi menjadi dua yaitu : motivasi intrinsik yang bersumber dari diri siswa dam motivasi ekstrinsik  yang dating dari luar diri siswa yang menjadi pendorong untuk melakukan perbuatan.
Dari pendapat diatas dapat diartikan bahwa apapun motivasi siswa dalam belajar sangat mempengaruhi hasil belajar dan kesulitan belajar. Namun yang paling penting adalah bagaimana menimbulkan motivasi asal siswa amu belajar.
Menurut Waldi yang dikutip oleh Yusuf Purnomo Hadiyanto mengatakan bahwa ada empat macam motivasi belajar siswa yaitu achiever, sociable, consenstious & curios.[5]
Masing – masing dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.      Siswa dengan motivasi achiever lebih berorientasi pada keinginan untuk unggul dalam persaingan dan bersifat kompetitif. Motivasi ini lebih dipengaruhi oleh factor teman dan keluarga.
2.      Siswa dengan motivasi belajar sociable memiliki semangat kebersamaan, bersifat kooperatif non kompetitif. Siswa dengan motivasi ini lebih menyukai keberhasilan bersama.
3.      Siswa dengan motivasi belajar consenstious hanya melakukan kegiatan jika telah mendapat petunjuk yang jelas dan terikat dengan peraturan.
4.      Siswa dengan motivasi curious selalu ingin tahu, tidak suka kemapanan dan mendambakan perkembangan. Siswa seperti ini lebih menyukai hal – hal yang baru pada perkembangan keilmuan
  1. Prinsip-Prinsip Motivasi

            Beberapa prinsip motivasi yang dapat dijadikan acuan adalah antara lain[6] :
1. Prinsip Kompetisi
            Persaingan secara sehat baik inter maupun antar pribadi. Kompetisi intra pribadi adalah kompetisi dalam diri pribadi masing-masing dari tindakan / unjuk kerja dalam dimensi tempat atau waktu. Kompetisi antar pribadi adalah persaingan antara individu yang satu dengan individu yang lain.

2.   Prinsip Pemacu
            Dorongan untuk melakukan berbagai tindakan akan terjadi apabila ada pemacu yang berupa informasi, nasehat, amanat, peringatan, percontohan.
3.   Prinsip Ganjaran dan Hukuman
            Ganjaran yang diterima oleh seseorang dapat meningkatkan motivasi untuk melakukan tindakan yang dilakukan, sedangkan hukuman yang diberikan dapat menimbulkan motivasi untuk tidak lagi melakukan tindakan yang menyebabkan hukuman itu.
4.   Kejelasan dan Kedekatan Tujuan
            Konselor seyogyanya membantu klien dalam memahami tujuannya secara jelas. Melalui konseling, klien dibantu untuk membuat tujuan-tujuan yang masih umum dan jauh menjadi tujuan yang khusus.
5.   Pemahaman Hasil
            Konselor seyogianya selalu memberikan balikan kepada setiap unjuk kerja yang telah dihasilkan oleh klien. Umpan balik ini akan bermanfaat untuk mengukur derajat unjuk kerja yang telah dihasilkan untuk keperluan perbaikan dan peningkatan selanjutnya.
6.   Pengembangan Minat
            Minat dapat diartikan sebagai rasa senang atau tidak senang dalam menghadapi suatu objek. Prinsip dasarnya adala bahwa motivasi seseorang cenderung akan meningkat apabila yang bersangkutan memiliki minat yang besar dalam melakukan tindakannya.
7.   Lingkungan yang Kondusif
            Lingkungan yang kondusif baik lingkungan fisik, sosial maupun psikologis dapat menumbukan dan mengembangkan motif untuk bekerja dengan baik dan produktif.

  1. Konsep Motivasi
Memahami motivasi merupakan satu hal yang sangat penting bagi para konselor dalam proses konseling karena beberapa alasan yaitu klien harus didorong untuk bekerjasama dalam konseling dan senantiasa berada dalam situasi itu, klien harus senantiasa didorong untuk berbuat dan berusaha sesuai dengan tuntutan, motivasi merupakan hal yang penting dalam memelihara dan mengembangkan suasana konseling.
1.    Motivasi belajar adalah proses internal yang mengaktifkan, memadu dan mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu. Individu termotivasi karena berbagai alasan yang berbeda, dengan intensitas yang berbeda.
2.    Motivasi belajar bergantung pada teori yang menjelaskannya, dapat merupakn suatu konsekuensi dari penguatan (reinforcement ), suatu ukuran kebutuhan manusia, suatu hasil dari disonan dan ketidakcocokan, suatu atribusi dari keberhasilan atau kegagalan, atau suatu harapan dari peluang keberhasilan.
3.    Motivasi belajar dapat ditingkatkan dengan penekanan tujuan – tujuan belajar dan pemberdayaan atribusi.
4.    Motivasi belajar dapat meningkat apabila guru membangkitkan minat siswa, memelihara rasa ingin tahu mereka, menggunakan berbagai macam pengajaran, menyatakan harapan dengan jelas, dan memberikan umpan balik (feed back ) dengan sering dan segera.
5.    Motivasi belajar dapat meningkat pada diri siswa apabila guru memberikan ganjaran yang memiliki kontingen, spesifik, dan dapat dipercaya.
6.    Motivasi berprestasi dapat didefinisikan sebagai kecendrungan umum untuk mengupayakan keberhasilan dan memilih kegiatan – kegiatan yang berorientasi pada keberhasilan / kegagalan. Siswa dapat termotivasi dengan orientasi ke arah tujuan – tujuan penampilan. Mereka mengambil mata pelajaran yang menantang. Siswa yang berjuang demi tujuan – tujuan penampilan berusaha mendapatkan penilaian positif terhadap kompetensi mereka. Mereka berusaha untuk mendapatkan nilai yang baik dengan cara menghindar dari mata pelajaran yang sulit. Guru dapat membantu siswa dengan mengkomunikasikan bahw akeberhasilan itu mungkin dicapai .

D.   Teori Motivasi

            Teori motivasi dapat dikategorikan menjadi 3 kelompok yaitu teori dengan pendekatan isi (content), proses, dan penguatan.[7]
            Teori pendekatan isi lebih banyak menekankan pada faktor apa yang membuat individu melakukan suatu tindakan dengan cara tertentu. Yang tergolong kedalam kelompok teori ini misalnya teori jenjang kebutuhan Maslow.
·         Teori Hirarki Kebutuhan : Abraham Maslow menghipotesiskan adanya lima jenjang kebutuhan dalam diri semua manusia, yaitu dimulai dari kebutuhan psikologis, keamanan, social, penghargaan, dan yang paling tinggi, aktualisasi diri. Teori ini mengatakan bahwa setelah tiap teori dibawahnya terpuaskan, maka masing-masing teori diatasnya akan menjadi kebutuhan dominan. Sementara motivasi untuk kebutuhan yang telah cukup terpuaskan tidak ada lagi.[8]
            Teori pendekatan proses, tidak hanya menekankan pada faktor apa yang membuat individu bertindak dengan cara tertentu, tetapi juga bagaimana individu termotivasi. Contoh kelompok dari teori ini yaitu motif berprestasi (achievement motive) dari Mc Clelland.
  • Teori kebutuhan McClelland : dikemukakan oleh david McClelland dan kawan-kawannya, , teori ini berfokus pada tiga kebutuhan, yaitu :
1.    Kebutuhan akan prestasi : dorongan untuk lebih unggul, berprestasi, dan berusaha keras untuk sukses. Peraih prestasi tinggi memiliki hasrat untuk menyelesaikan hal-hal dengan lebih baik. Mereka tidak menyukai kemenangan oleh kebetulan, melainkan tantangan menyelesaikan suatu masalah dan menerima tanggung jawab pribadi untuk sukses ataupun kegagalan.
2.    Kebutuhan akan kekuasaan : kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku dalam suatu cara yang mana tidak akan mereka lakukan jika tidak terpaksa. Individu dengan nPow (need for power) ini menikmati untuk dibebani, bergulat untuk dapat mempengaruhi orang lain, suka ditempatkan dalam situasi kompetitif, berorientasi status, dan cenderung lebih peduli akan prestise dan memperoleh pengaruh terhadap orang lain daripada kinerja yang efektif.
3.    Kebutuhan akan afiliasi : hasrat untuk hubungan antarpribadi yang ramah dan akrab, untuk disukai dan diterima baik oleh orang lain. Individu dengan motif afiliasi yang tinggi berjuang keras untuk persahabatan, menyukai situasi yang kooperatif, dan ssangat menginginkan hubungan yang melibatkan derajat pemahaman timbale balik yang tinggi.[9]
                  Teori pendekatan penguatan, lebih menekankan pada faktor-faktor yang dapat meningkatkan suatu tindakan dilakukan atau yng dapat mengurangi suatu tindakan. Yang tergolong teori ini misalnya teori Operant Conditioning dari Skinner.[10]
1.    Penguatan positif, yaitu memberikan penguatan terhadap tindakan yang dinilai positif (baik).
2.    Penguatan negatif, yaitu dengan memberikan penguatan untuk meninggalkan tindakan-tindakan yang dipandang negatif (kurang tepat).
3.    Penghapusan, yaitu usaha untuk menurunkan tindakan yang tidak dikehendaki dengan memberikan penguatan manakala tindakan itu terjadi.
4.    Hukuman, yaitu dengan memberikan hukuman terhadap mereka yang melakukan tindakan yang dipandang tidak sesuai dengan harapan terdorong untuk melakukan tindakan-tindakan yang tepat
E.   Upaya Guru Bimbingan dan Konseling

Melihat banyaknya masalah dan kesulitan belajar siswa yang dikarenakan kurangnya motivasi, disini kami mengulas upaya guru Bimbingan dan Konseling dalam memotivasi siswa.
Menurut Ali imron, upaya yang dapat ditempuh untuk memotivasi siswa agar belajar[11] adalah :
1.      Kenalkan siswa pada kemampuan yang ada pada dirinya sendiri.
2.      Kenalkan siswa untuk merumuskan tujuan belajarnya.
3.      Tunjukkan kegiatan kegiatan atau aktivitas yang dapat mengarahkan bagi pencapaian tujuan belajar.
4.      Kenalkan siswa dengan hal – hal yang baru  ( menghidupkan kembali rasa ingin tahu siswa untuk beraktivitas belajar ).
5.      Buatlah variasi – variasi terhadap kegiatan – kegiatan yang dilakukan oleh siswa.
6.      Adanya evaluasi terhadap kegiatan – kegiatan yang dilakukan oleh siswa
7.      Beri umpan balik terhadap tugas – tugas yang diberikan dan evaluasi yang telah dilakukan.
Maka untuk penyempurnaan upaya – upaya diatas guru Bimbingan dan Konseling memberikan arahan pada guru walikelas, dan guru bidang studi guna tercapainya tujuan belajar yang dilandasi oleh motivasi belajar siswa yang cukup.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.   Kesimpulan
Setelah kami membahas makalah tentang “motivasi dalam konseling”, maka kami menyimpulkan sebagai berikut :
  1. Motivasi dapat dijadikan sebagai dasar penafsiran, penjelasan, dan penaksiran perilaku.
  2. Kesadaran pentingnya terhadap apa yang dipelajari adalah sangat penting untuk memunculkan motivasi intrinsik.
  3. motivasi merupakan hal yang penting dalam memelihara dan mengembangkan suasana konseling, maka sebagi konselor harus mampu menciptakan situasi agar klien termotivasi untuk memanfaatkan konseling sebagai satu upaya dalam menghadapi masalahnya.

B.   Saran

Mengetahui betapa pentingnya motivasi dalam konseling, maka sebagai calon konselor sebaiknya kita memiliki dan memahami mendalam tentang motivasi. Guna kelancaran dan keberhasilan dalam proses konseling mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

Bahri,Syaiful Djamarah, psikologi belajar. Jakarta, Rineka Cipta. 2002.
Brata, sumadi surya, psikologi pendidikan. Jakarta, Rajawali. 1984
Imran,Ali, Belajar dan pembelajaran. Jakarta , Pustaka Jaya. 1996.
Muhibinsyah, psikologi pendidikan. Bandung, Rosda karya, 2000.
Renita mulyaningtyas, Bimbingan dan Konseling di SMA untuk kelas X. Jakarta, Esis. 2006.
Robbins P. Stephen, Perilaku Organisasi, Prentice Hall, edisi kesembilan, 2001
Sardiman AM, interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta, Rajawali Press. 2004.


[1]Sardiman AM, interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta, Rajawali Press. 2004.
[2] Bahri,Syaiful Djamarah, psikologi belajar. Jakarta, Rineka Cipta. 2002.
[3] Brata, sumadi surya, psikologi pendidikan. Jakarta, Rajawali. 1984
[4] Muhibinsyah, psikologi pendidikan. Bandung, Rosda karya, 2000.
[5] Renita mulyaningtyas, Bimbingan dan Konseling di SMA untuk kelas X. Jakarta, Esis. 2006.
[7] Ren, op. cit., hal. 4.
[8] Robbins P. Stephen, Perilaku Organisasi, Prentice Hall, edisi kesembilan, 2001

[9] Ibid.,hal 6

[11] Imran,Ali, Belajar dan pembelajaran. Jakarta , Pustaka Jaya. 1996