BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Banyak
para ahli yang sudah mengemukakan pengertian motivasi dengan berbagai sudut
pandang mereka masing-masing, namun intinya sama, yakni sebagai suatu pendorong
yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk
mencapai tujuan tertentu. Ada yang mengatakan bahwa, Motivation is an energi change within the person characterized by affective arousal and
anticipatory goal reavtions. Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam
pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulya afektif (perasaan) dan reaksi
untuk mencapai tujuan. Dalam proses belajar motivasi sangat diperlukan, sebab
seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, sulit melakukan
aktifitas belajar. Seseorang yang melakukan aktivitas belajar secara terus
menerus tanpa motivasi dari luar dirinya merupakan motivasi intrinsik yang
sangat penting dalam aktivitas belajar. Namun, seseorang yang tidak mempunyai
keinginanan untuk belajar, dorongan dari luar dirinya merupakan motivasi
ekstrinsik yang diharapkan. Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik diperlukan
bila motivasi intrinsik tidak ada dalam diri seseorang sebagai subjek belajar.
Sebagaimana
telah dikemukakan dalan bagian terdahulu, bahwa dalam lingkup kegiatan
konseling, konselor memegang perananyang amat penting dan strategis. Kelancaran
proses seluruh kegiatan konseling, sepenuhnya berada dalam tanggung jawab
konselor dalam keseluruhan kegiatan konseling. Konselor harus mampu menciptakan
situasi agar klien termotivasiuntuk memanfaatkan konseling sebagai satu upaya
dalam menghadapi masalahnya.
Salah
satu aspek dalam konseling adalah motivasi, yaitu memberikan dorongan kepada
klien agar mampu melaksanakan perilaku dalam upaya memecahkan masalahnya secara
efekif dan produktif. Bagian ini akan mengetengahkan beberapa aspek konsep motivasi
dan penerapannya dalam konseling. Isinya akan membahas mengenai pengertian
motivasi, beberapa teori tentang motivasi, dan prinsip-prinsip motivasi.
Dari
uraian tersebut, ternyata kesadaran tentang pentingnya motivasi bagi perubahan
tingkah laku manusia telah dimiliki, baik oleh para pendidik, para orang tua
murid maupun masyarakat.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar
belakang di atas, kami dapat mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :
1.
Salah satu faktor
penyebab masalah belajar siswa yaitu kurangnya motivasi baik intrinsik maupun
ekstrinsik.
2.
Layanan Bimbingan
dan Konseling di Sekolah di upayakan menjadi salah satu indikator
penanggulangan motivasi siswa.
3.
Dalam konseling,
motivasi merupakan dorongan untuk melakukan kegiatan belajar dalam memenuhi
harapan.
4.
Motivasi dalam
konseling berpengaruh besar terhadap perubahan tingkah laku siswa.
C. Pembatasan
Masalah
Berdasarkan
identifikasi di atas, maka kami membatasi permasalahan pada “Apa pengaruh
motivasi dalam proses konseling”?
D. Perumusan Masalah
Ditinjau dari
pembatasan masalah yang kami kemukakan di atas, maka kami dapat merumuskan
masalah sebagai berikut : “Apa pengaruh motivasi dalam proses konseling”.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Motivasi
James
O. Whittaker memberikan sebuah definisi tentang motivasi sebagai
kondisi-kondisi atau keadaan yang mengaktifkan atau memberi dorongan kepada
makhluk untuk bertingkah laku mencapai tujuan.
Frederick
J,. Mc Donald mengatakan bahwa motivasi adalah perubahan energi (tenaga) di
dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan afektif (perasaan) dan reaksi
mencapai tujuan. Perubahan energi dalam diri seseorang itu berbentuk suatu
aktivitas nyata berupa kegiatan fisik.[1]
Dari
definisi di atas dalam motivasi terdapat beberapa hal, yaitu :
1.
Suatu perubahan
tenaga dalam diri seseorang
2.
Perubahan tenaga
di dalam sistem neoro fisiologis dari organisme manusia
3.
Ditandai oleh
dorongan afektif, seperti lebih bersemangat
4.
Ditandai oleh
reaksi-rekasi mencapai tujuan, yaitu tindakan nyata
Setelah mengetahui
pengertian motivasi menurut James O. Whittaker dan Frederick J. Mc Donald,
motivasi dapat diartikan sebagai suatu dorongan untuk mewujudkan perilaku
tertentu yang terarah kepada suatu tujuan tertentu.
Motivasi
mempunyai karakteristik :
1.
Sebagai hasil
dari kebutuhan
2.
Terarah kepada
suatu tujuan
3.
Menopang perilaku
Motivasi
dapat dijadikan sebagai dasar penafsiran, penjelasan, dan penaksiran perilaku.
Motif timbul karena adanya kebutuhan yang mendorong individu untuk melakukan
tindakan yang terarah kepada pencapaian suatu tujuan.
Menurut
Sri Esti W.D kata motivasi digunakan untuk menggambarkan suatu dorongan,
kebutuhan, keinginan untuk melakukan sesuatu yang khusu atau umum.[2]
Motivasi memiliki peranan yang
strategis dalam aktivitas belajar seseorang, tidak ada seseorang pun yang
belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan
belajar.agar peranan motivasi menjadi maksimalmak fungsi motivasi tidak hanya
sekedar diketahui tetapi diterapkan dalam aktivitas belajar.
Guru- guru sangat menyadari pentingnya
motivasi didalam membimbing belajar siswa, masalah motivasi belajar siswa,
merupakan masalah yang sangat kompleks sehingga menjadikan guru sangat peka
terhadap kompleksitas masalah ini.
Sumadi Surya Brata dalam bukunya
psikologi pendidikan mengatakan : ”motivasi belajar adalah suatu keadaan yang
terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas
belajar guna pencapaian suatu tujuan”.[3]
Sedangkan Muhibinsyah beranggapan
bahwa motivasi adalah internal organisme baik manusia maupun hewan yang
mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam hal ini mootivasi merupakan pemasok
daya imajiner untuk bertingkah laku secara berarah.[4]
Dari pengertian tersebut dapat
diartikan bahwa begitu pentingnya motivasi dalam belajar diman pada umumnya siswa
yang mengalami kesulitan disebabkan oleh rendahnya motivasi belajar.
Lebih lanjut muhibinsyah membagi
motivasi menjadi dua yaitu : motivasi intrinsik yang bersumber dari diri siswa
dam motivasi ekstrinsik yang dating dari
luar diri siswa yang menjadi pendorong untuk melakukan perbuatan.
Dari pendapat diatas dapat diartikan
bahwa apapun motivasi siswa dalam belajar sangat mempengaruhi hasil belajar dan
kesulitan belajar. Namun yang paling penting adalah bagaimana menimbulkan
motivasi asal siswa amu belajar.
Menurut Waldi yang dikutip oleh Yusuf
Purnomo Hadiyanto mengatakan bahwa ada empat macam motivasi belajar siswa yaitu
achiever, sociable, consenstious & curios.[5]
Masing – masing dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1.
Siswa dengan motivasi achiever lebih berorientasi pada
keinginan untuk unggul dalam persaingan dan bersifat kompetitif. Motivasi ini
lebih dipengaruhi oleh factor teman dan keluarga.
2.
Siswa dengan motivasi belajar sociable memiliki semangat
kebersamaan, bersifat kooperatif non kompetitif. Siswa dengan motivasi ini
lebih menyukai keberhasilan bersama.
3.
Siswa dengan motivasi belajar consenstious hanya
melakukan kegiatan jika telah mendapat petunjuk yang jelas dan terikat dengan
peraturan.
4.
Siswa dengan motivasi curious selalu ingin tahu, tidak
suka kemapanan dan mendambakan perkembangan. Siswa seperti ini lebih menyukai
hal – hal yang baru pada perkembangan keilmuan
- Prinsip-Prinsip Motivasi
Beberapa
prinsip motivasi yang dapat dijadikan acuan adalah antara lain[6] :
1. Prinsip Kompetisi
Persaingan
secara sehat baik inter maupun antar pribadi. Kompetisi intra pribadi adalah
kompetisi dalam diri pribadi masing-masing dari tindakan / unjuk kerja dalam
dimensi tempat atau waktu. Kompetisi antar pribadi adalah persaingan antara
individu yang satu dengan individu yang lain.
2. Prinsip Pemacu
Dorongan
untuk melakukan berbagai tindakan akan terjadi apabila ada pemacu yang berupa
informasi, nasehat, amanat, peringatan, percontohan.
3. Prinsip
Ganjaran dan Hukuman
Ganjaran
yang diterima oleh seseorang dapat meningkatkan motivasi untuk melakukan
tindakan yang dilakukan, sedangkan hukuman yang diberikan dapat menimbulkan
motivasi untuk tidak lagi melakukan tindakan yang menyebabkan hukuman itu.
4. Kejelasan dan
Kedekatan Tujuan
Konselor
seyogyanya
membantu klien dalam memahami tujuannya secara jelas. Melalui konseling, klien
dibantu untuk membuat tujuan-tujuan yang masih umum dan jauh menjadi tujuan
yang khusus.
5. Pemahaman Hasil
Konselor
seyogianya selalu memberikan balikan kepada setiap unjuk kerja yang telah
dihasilkan oleh klien. Umpan balik ini akan bermanfaat untuk mengukur derajat
unjuk kerja yang telah dihasilkan untuk keperluan perbaikan dan peningkatan
selanjutnya.
6. Pengembangan
Minat
Minat
dapat diartikan sebagai rasa senang atau tidak senang dalam menghadapi suatu
objek. Prinsip dasarnya adala bahwa motivasi seseorang cenderung akan meningkat
apabila yang bersangkutan memiliki minat yang besar dalam melakukan
tindakannya.
7. Lingkungan yang
Kondusif
Lingkungan
yang kondusif baik lingkungan fisik, sosial maupun psikologis dapat menumbukan
dan mengembangkan motif untuk bekerja dengan baik dan produktif.
- Konsep Motivasi
Memahami
motivasi merupakan satu hal yang sangat penting bagi para konselor dalam proses
konseling karena beberapa alasan yaitu klien harus didorong untuk bekerjasama
dalam konseling dan senantiasa berada dalam situasi itu, klien harus senantiasa
didorong untuk berbuat dan berusaha sesuai dengan tuntutan, motivasi merupakan
hal yang penting dalam memelihara dan mengembangkan suasana konseling.
1.
Motivasi
belajar adalah proses internal yang mengaktifkan, memadu dan mempertahankan
perilaku dari waktu ke waktu. Individu termotivasi karena berbagai alasan yang
berbeda, dengan intensitas yang berbeda.
2.
Motivasi
belajar bergantung pada teori yang menjelaskannya, dapat merupakn suatu
konsekuensi dari penguatan (reinforcement ), suatu ukuran kebutuhan manusia,
suatu hasil dari disonan dan ketidakcocokan, suatu atribusi dari keberhasilan
atau kegagalan, atau suatu harapan dari peluang keberhasilan.
3.
Motivasi
belajar dapat ditingkatkan dengan penekanan tujuan – tujuan belajar dan
pemberdayaan atribusi.
4.
Motivasi
belajar dapat meningkat apabila guru membangkitkan minat siswa, memelihara rasa
ingin tahu mereka, menggunakan berbagai macam pengajaran, menyatakan harapan
dengan jelas, dan memberikan umpan balik (feed back ) dengan sering dan segera.
5.
Motivasi
belajar dapat meningkat pada diri siswa apabila guru memberikan ganjaran yang
memiliki kontingen, spesifik, dan dapat dipercaya.
6.
Motivasi
berprestasi dapat didefinisikan sebagai kecendrungan umum untuk mengupayakan
keberhasilan dan memilih kegiatan – kegiatan yang berorientasi pada
keberhasilan / kegagalan. Siswa dapat termotivasi dengan orientasi ke arah
tujuan – tujuan penampilan. Mereka mengambil mata pelajaran yang menantang.
Siswa yang berjuang demi tujuan – tujuan penampilan berusaha mendapatkan
penilaian positif terhadap kompetensi mereka. Mereka berusaha untuk mendapatkan
nilai yang baik dengan cara menghindar dari mata pelajaran yang sulit. Guru
dapat membantu siswa dengan mengkomunikasikan bahw akeberhasilan itu mungkin
dicapai .
D.
Teori Motivasi
Teori
motivasi dapat dikategorikan menjadi 3 kelompok yaitu teori dengan pendekatan isi (content), proses, dan penguatan.[7]
Teori pendekatan isi lebih
banyak menekankan pada faktor apa yang membuat individu melakukan suatu
tindakan dengan cara tertentu. Yang tergolong kedalam kelompok teori ini
misalnya teori jenjang kebutuhan Maslow.
·
Teori Hirarki Kebutuhan : Abraham Maslow menghipotesiskan adanya lima jenjang
kebutuhan dalam diri semua manusia, yaitu dimulai dari kebutuhan psikologis,
keamanan, social, penghargaan, dan yang paling tinggi, aktualisasi diri. Teori
ini mengatakan bahwa setelah tiap teori dibawahnya terpuaskan, maka
masing-masing teori diatasnya akan menjadi kebutuhan dominan. Sementara
motivasi untuk kebutuhan yang telah cukup terpuaskan tidak ada lagi.[8]
Teori pendekatan proses, tidak hanya menekankan pada faktor apa
yang membuat individu bertindak dengan cara tertentu, tetapi juga bagaimana
individu termotivasi. Contoh kelompok dari teori ini yaitu motif berprestasi
(achievement motive) dari Mc Clelland.
- Teori kebutuhan McClelland : dikemukakan oleh david McClelland dan kawan-kawannya, , teori ini berfokus pada tiga kebutuhan, yaitu :
1.
Kebutuhan
akan prestasi : dorongan untuk lebih unggul, berprestasi, dan berusaha keras
untuk sukses. Peraih prestasi tinggi memiliki hasrat untuk menyelesaikan
hal-hal dengan lebih baik. Mereka tidak menyukai kemenangan oleh kebetulan,
melainkan tantangan menyelesaikan suatu masalah dan menerima tanggung jawab
pribadi untuk sukses ataupun kegagalan.
2.
Kebutuhan
akan kekuasaan : kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku dalam suatu
cara yang mana tidak akan mereka lakukan jika tidak terpaksa. Individu dengan
nPow (need for power) ini menikmati untuk dibebani, bergulat untuk dapat
mempengaruhi orang lain, suka ditempatkan dalam situasi kompetitif,
berorientasi status, dan cenderung lebih peduli akan prestise dan memperoleh
pengaruh terhadap orang lain daripada kinerja yang efektif.
3.
Kebutuhan
akan afiliasi : hasrat untuk hubungan antarpribadi yang ramah dan akrab, untuk
disukai dan diterima baik oleh orang lain. Individu dengan motif afiliasi yang
tinggi berjuang keras untuk persahabatan, menyukai situasi yang kooperatif, dan
ssangat menginginkan hubungan yang melibatkan derajat pemahaman timbale balik
yang tinggi.[9]
Teori pendekatan
penguatan, lebih menekankan pada faktor-faktor yang dapat meningkatkan
suatu tindakan dilakukan atau yng dapat mengurangi suatu tindakan. Yang
tergolong teori ini misalnya teori Operant Conditioning dari Skinner.[10]
1.
Penguatan positif,
yaitu memberikan penguatan terhadap tindakan yang dinilai positif (baik).
2.
Penguatan negatif,
yaitu dengan memberikan penguatan untuk meninggalkan tindakan-tindakan yang
dipandang negatif (kurang tepat).
3.
Penghapusan, yaitu
usaha untuk menurunkan tindakan yang tidak dikehendaki dengan memberikan
penguatan manakala tindakan itu terjadi.
4.
Hukuman, yaitu
dengan memberikan hukuman terhadap mereka yang melakukan tindakan yang
dipandang tidak sesuai dengan harapan terdorong untuk melakukan
tindakan-tindakan yang tepat
E. Upaya Guru Bimbingan dan Konseling
Melihat banyaknya masalah dan kesulitan belajar siswa yang
dikarenakan kurangnya motivasi, disini kami mengulas upaya guru Bimbingan dan
Konseling dalam memotivasi siswa.
Menurut Ali imron, upaya yang dapat ditempuh untuk memotivasi siswa
agar belajar[11]
adalah :
1.
Kenalkan siswa pada
kemampuan yang ada pada dirinya sendiri.
2.
Kenalkan siswa untuk
merumuskan tujuan belajarnya.
3.
Tunjukkan kegiatan
kegiatan atau aktivitas yang dapat mengarahkan bagi pencapaian tujuan belajar.
4.
Kenalkan siswa
dengan hal – hal yang baru (
menghidupkan kembali rasa ingin tahu siswa untuk beraktivitas belajar ).
5.
Buatlah variasi –
variasi terhadap kegiatan – kegiatan yang dilakukan oleh siswa.
6.
Adanya evaluasi
terhadap kegiatan – kegiatan yang dilakukan oleh siswa
7.
Beri umpan balik
terhadap tugas – tugas yang diberikan dan evaluasi yang telah dilakukan.
Maka untuk penyempurnaan
upaya – upaya diatas guru Bimbingan dan Konseling memberikan arahan pada guru
walikelas, dan guru bidang studi guna tercapainya tujuan belajar yang dilandasi
oleh motivasi belajar siswa yang cukup.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Setelah kami membahas makalah tentang
“motivasi dalam konseling”, maka kami menyimpulkan sebagai berikut :
- Motivasi dapat dijadikan sebagai dasar penafsiran, penjelasan, dan penaksiran perilaku.
- Kesadaran pentingnya terhadap apa yang dipelajari adalah sangat penting untuk memunculkan motivasi intrinsik.
- motivasi merupakan hal yang penting dalam memelihara dan mengembangkan suasana konseling, maka sebagi konselor harus mampu menciptakan situasi agar klien termotivasi untuk memanfaatkan konseling sebagai satu upaya dalam menghadapi masalahnya.
B.
Saran
Mengetahui
betapa pentingnya motivasi dalam konseling, maka sebagai calon konselor
sebaiknya kita memiliki dan memahami mendalam tentang motivasi. Guna kelancaran
dan keberhasilan dalam proses konseling mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Bahri,Syaiful Djamarah, psikologi
belajar. Jakarta, Rineka Cipta. 2002.
Brata,
sumadi surya, psikologi pendidikan. Jakarta, Rajawali. 1984
Imran,Ali, Belajar dan
pembelajaran. Jakarta , Pustaka Jaya. 1996.
Muhibinsyah, psikologi
pendidikan. Bandung, Rosda karya, 2000.
Renita mulyaningtyas, Bimbingan
dan Konseling di SMA untuk kelas X. Jakarta, Esis. 2006.
Robbins P. Stephen, Perilaku
Organisasi, Prentice Hall, edisi kesembilan, 2001
Sardiman
AM, interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta, Rajawali Press.
2004.
[1]Sardiman
AM, interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta, Rajawali Press.
2004.
[2]
Bahri,Syaiful Djamarah, psikologi belajar. Jakarta, Rineka Cipta. 2002.
[3]
Brata, sumadi surya, psikologi pendidikan. Jakarta, Rajawali. 1984
[4]
Muhibinsyah, psikologi pendidikan. Bandung, Rosda karya, 2000.
[5]
Renita mulyaningtyas, Bimbingan dan Konseling di SMA untuk kelas X.
Jakarta, Esis. 2006.
[7]
Ren, op. cit., hal. 4.
[8]
Robbins P. Stephen, Perilaku Organisasi, Prentice Hall, edisi
kesembilan, 2001
[9]
Ibid.,hal 6
[11]
Imran,Ali, Belajar dan pembelajaran. Jakarta , Pustaka Jaya. 1996
Tidak ada komentar:
Posting Komentar